Jumat, 07 Desember 2018

Katalogisasi

Desember 07, 2018 0


Perpustakaan adalah organisasi yang bergerak di bidang jasa/layanan. Fungsi utamanya adalah melakukan, mengolah, dan menyebarkan informasi kepada para pemustaka. Karena itu, informasi perlu dikelola (diorganisasi). Organisasi informasi dalam konteks perpustakaan, informasi adalah keseluruhan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan tersebut. Dalam kegiatan organisasi informasi (koleksi) perpustakaan terdapat dua kegiatan penting yaitu katalogisasi deskriptif (mengenali fisik koleksi) dan pengindeksan subyek (mengenali isi koleksi).

Menurut Taylor tujuan dari organisasi koleksi ini penting dilakukan agar koleksi yang dimiliki perpustakaan tertata dengan baik dan mudah untuk dilakukan penemuan kembali informasi. Koleksi yang tertata dengan system yang baik akan memudahkan bagi pemustaka dan pengelola perpustakaan untuk menemukan koleksi tersebut jika diperlukan. Pada proses kegiatan pengolahan, setiap buku baru akan dibuatkan katalog dan perlengkapannya oleh petugas. Katalog ini merupakan wakil ringkas informasi buku (ringkasan informasi suatu buku), yang berfungsi sebagai salah satu sarana untuk membantu penelusuran informasi pemustaka, melalui katalog, pemustaka tidak perlu langsung menuju ke jajaran koleksi dirak.

Informasi dalam katalog merupakan hasil dari dua kegiatan utama yaitu hasil deskripsi informasi fisik buku dan analisis isi buku. Inilah yang kemudian dikenal dengan kegiatan katalogisasi deskriptif dan pengindeksan subyek (analisis subyek dan menerjemahkannya ke dalam bagan klasifikasi).
Menurut Taylor katalogisasi adalah proses mendiskripsikan suatu informasi (bahan pustaka), yang meliputi memilih titik akses nama dan judul, melakukan analisis subyek, menentukan tajuk subyek, dan nomor klasifikasinya. Fungsi identifikasi adalah sarana untuk mengidentifikasi dan menemukan informasi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.

Fungsi katalogisasi adalah untuk mengelompokkan subyek yang berdekatan. Dan fungsi evaluasi atau seleksi adalah memberikan pilihan kepada pemustaka untuk memilih dari berbagai entri katalog yang terbaik untuk mewakili informasi yang diinginkan. Fungsi katalog pertama kali diungkapkan oleh A. Cutter dalam bukunnya “Rules for a dictionary Catalog in 1904 adalah:

  • Memungkinkan seseorang menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarang, judul, dan subyeknya
  • Menunjukkan bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan berdasarkan pengarang, subyek, dan jenis literature tertentu
  • Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan karakteristiknya.Kegiatan katalogisasi bahan pustaka secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kegiatan utama:


  1. Mendeskripsikan fisik bahan pustaka, yaitu:
  • Membuat deskripsi bibliografi (informasi yang terkandung dalam buku yang berkaitan dengan nama pengarang, judul, jumlah halaman, dll)
  • Menentukan tajuk entri utama dan tambahan
  • Pedoman yang digunakan ISBD dan AACR2R
2. Menganalisis isi bahan pustaka, yaitu:

  • Menganalisis subyek bahan pustaka
  • Menerjemahkan menjadi tajuk subyek / nomor kelas
  • Pedoman yang digunakan antara lain, daftar tajuk Subyek, dan bagan Klasifikasi (DDC)

Menurut seorang pakar perpustakaan dari Amerika Serikat yang bernama Charles Ammi Cutter, pada dasarnya tujuan katalog adalah sebagai berikut:

  • Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan pengarangnya, judulnya dan subjeknya.
  • Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan oleh pengarang tertentu ,subjek tertentu dan dalam jenis literatur tertentu.

Kegiatan di atas, perlu dilakukan secara konsisten dengan menggunakan aturan standar katalogisasi atau pengolahan yang telah umum dan dikenal oleh perpustakaan di seluruh dunia, untuk memudahkan bagi pemustaka dari luar yang ingin memanfaatkan layanan perpustakaan, dan untuk memudahkan bagi petugas pengolahan untuk melakukan copy cataloging ke perpustakaan lain. Melalui copy cataloging, petugas tidak perlu lagi melakukan kegiatan analisis dan deskripsi bahanbpustaka, ketika perpustakaan lain telah memiliki catalog untuk judul yang sama

Mendeskripsikan fisik bahan pustaka
Pada kegiatan awal katalogisasi adalah mendeskripsikan informasi yang terkandung dalam suatu bahan pustaka berdasarkan peraturan internasional yang umum digunakan, yaitu Anglo American Cataloguing Rules second edition (AACR2R). Dalam proses mendeskripsikan koleksi berdasarkan ISBD (The International Standard Bibliographic Description) terdapat 8 daerah yang perlu diuraikan yaitu:

  • Daerah judul dan pernyataan kepengarangan
  • Daerah edisi
  • Daerah detail koleksi khusus (Khusus untuk bahan non buku)
  • Daerah penerbitan
  • Daerah deskripsi fisik
  • Daerah seri
  • Daerah catatan
  • Daerah nomor standar (ISBN)

Untuk mendeskripsikan informasi ke dalam 8 daerah di atas, perlu memahami terlebih dahulu sumber informasi utama dalam bahan pustaka yang digunakan sebagai rujukan untuk dideskripsikan dalam 8 daerah tersebut yaitu:

  • Judul dan kepengarangan berupa halaman judul
  • Edisi berupa halaman judul dan halaman permulaan lainnya
  • Penerbitan berupa halaman judul dan halaman permulaan lainnya
  • Deskripsi fisik terbitan itu sendiri (dari halaman mana saja pada terbitan tersebut)
  • Seri monograf, terbitan itu sendiri (dari halaman mana saja pada terbitan tersebut)
  • Catatan, terbitan itu sendiri atau dari luar terbitan
ISBN dan harga terbitan itu sendiri atau dari luar terbitan.
Sumber informasi utama mengenai deskripsi bahan pustaka diambil dari bahan pustaka yang bersangkutan. Prinsip utama dalam proses deskripsi bahan pustaka adalah item in hand, yaitu berdasarkan bahan pustaka yang ada di tangan petugas. Namun apabila informasi mengenai deskripsi bahan pustaka tidak tercantum dalam bahan pustaka tersebut deskripsi informasi dicantumkan dalam tanda kurung siku.

Menganalisis subyek bahan pustaka
Setelah kegiatan mendeskripsikan fisik bahan pustaka, dan menentukan tajuk utama dan tambahannya, langkah selanjutnya adalah kegiatan analisis isi bahan pustaka (analisis subyek). Menurut Taylor analisis subyek merupakan penentuan tentang apa isi intelektual suatu bahan pustaka yang diterjemahkan ke dalam kerangka konseptual sistem klasifikasi dan tajuk subyek yang digunakan, dan kemudian menerjemahkannya ke dalam symbol atau notasi klasifikasi tertentu yang digunakan. Terdapat tiga tahapan dalam proses analisis subyek yang dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Tahap 1 Menentukan subyek bahan pustaka
  • Tahap 2 Menerjemahkannya menjadi tajuk subyek
  • Tahap 3 Memberikan nomor klasifikasi

Terimakasih semoga bermanfaat...

Daftar Pustaka
Miswan. (2003). Klasifikasi dan katalogisasi: sebuah pengantar. Retrieved from
http://eprints.rclis.org/10296/1/Masjid_library-training.pdf
Taylor, Arlene G. (2004). Wynar’s introduction to catalonging and classification.
Revedition. Westport: Libraries Unlimited
Hamakonda, Towa P., Tairas, JNB. (2008). Pengantar klasifikasi persepuluhan dewey.
Jakarta: Gunung Mulia
Mary Liu Kao. 2001.Cataloguing and Classification for Library Technicians.2nd ed. New
York:The Haworth Press

Kamis, 06 Desember 2018

Interaksi Simbolik

Desember 06, 2018 0


Aliran interaksi simbolik berasal dari Amerika yang lebih berpengaruh akan faham pragmatis sedangkan behaviorisme sosial dikembangkan di Eropa yang lebih mengacu pada aliran imitasi sugesti dipengaruhi ilmu psikologi. Interaksi simbolik ini lebih bercirikan pada sikap dan arti yang lebih berorientasi pada dirimu maupun pribadi. Interaksi simbolik sebuah teori yang lebih menekankan dalam membentuk dan mengelola hubungan interpersonal dan kelompok sosial dalam komunikasi. Seseorang tidak hanya melakukan interaksi dengan orang lain tetapi juga secara simbolis, berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolis dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa karena bahasa merupakan salah satu sebuah simbol terpenting yang berguna untuk sebuah ungkapan maupun isyarat.

Proses penyimpanan makna inilah yang merupakan sebuah subjek dari analisis interaksi simbolik, pencetus pertama dari teori ini adalah George Herbert Mead. sebuah perspektif sosiologi yang dikembangkan pada sekitar abad ke-20 dan dikembangkan Herbert Blumer. Herbert Blumer berpendapat bahwa psikologi sosialnya lebih mengacu kepada pandangan yang melihat realitas sosial sebagai sebuah proses daripada sesuatu yang statistik. Herbert Mead lebih membahas bagaimana proses individu membentuk suatu kelompok.
Interaksi simbolik menurut Herbert Blumer adalah sebuah teori interaksi simbolik sebagai sebuah proses interaksi dalam rangka membentuk arti maupun makna bagi setiap individu. Interaksi simbolik dibagi dalam tiga premis antara lain yaitu:
  • Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna inilah yang ada pada sesuatu peristiwa bagi mereka
  • Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain
  • Makna tersebut akan disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung

Interaksi yang terdapat pada diri manusia memiliki tingkatan yang yang tertinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Konsep yang penting dalam interaksi simbolik antara lain yaitu:

  • Pentingnya sebuah makna bagi perilaku sebuah makna akan diperoleh dengan adanya sesuatu yang telah terjadi, dari hal tersebut akan memudahkan antar seseorang berkomunikasi secara efektif di lingkungan masyarakat
  • Pentingnya konsep diri, konsep diri ini mengetahui tentang hakikat diri sendiri baik dari segi psikologi sosial maupun fisik yang dapat diperoleh dari sebuah pengalaman maupun hasil berinteraksi dengan orang lain. 
  • Hubungan antar individu dan masyarakat selalu identik dengan budaya dimana proses sosial maupun kebudayaan yang ada di lingkungan sangat mempengaruhi interaksi bagi seseorang individu baik berupa norma maupun tingkah laku

Menurut Herbert Blumer interaksi simbolik mengandung beberapa ide dasar yaitu:

  • Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial.
  • Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia yang lain. 
  • Interaksi simbolik mencangkup penafsiran tindakan.
  • Objek-objek tidak memiliki makna intrinsik, makna lebih merupakan produk interaksi simbolik. Objek-objek yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang luas yaitu objek fisik, objek sosial dan objek abstrak.
  • Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, namun mereka dapat melihat dirinya sebagai objek.
  • Tindakan manusia adalah tindakan interpretativ dibuat oleh manusia itu sendiri.
  • Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok, hal ini disebut dengan tindakan bersama yang dibatasi sebagai organisasi sosial dari perilaku tindakan manusia

Terimakasih. Semoga bermanfaat..

Margareth M Poloma. 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Nelson. D. Lindsey. 1998. Herbert Blumer’s Symbolic Interactionism. University of
Colorado at Boulder Spring. http://www.colorado.edu/Communication /metadiscourses/Papers/App_Papers/Nelson.html diakses pada 04 Desember pkl. 10.00
Miller, Katherine, 2005. Communication Theories, Perspectives, Process, and Contexts,
Second Edition, Singapore: McGraw-HillInternational Edition Rosdakarya. Diakses tanggal 3 November 2018
MS. Wandi Bachtiar.2003. Sosiologi Klasik. Bandung: Rosdakarya

Kaitan Teori Sosiologi dengan Ilmu Perpustakaan

Desember 06, 2018 0

Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang kehidupan bermasyarakat, secara ringkasnya sosiologi ini ilmu yang mempelajari, segala hal mencangkup tentang kehidupan sosial yang ada dimasyarakat. Sosiologi mempunyai ikatan yang sangat erat dengan ilmu perpustakaan. Ilmu Perpustakaan mempelajari tentang segala hal dalam pengelolaan perpustakaan maupun teknologi informasi perpustakaan itu sendiri. Perpustakaan memiliki peranan untuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka, baik koleksi cetak maupun non cetak. Ketersediaan berbagai macam koleksi yang ada di perpustakaan ini, pihak perpustakaan melalui pustakawan mengetahui kebutuhan informasi setiap pemustaka itu berbeda-beda tergantung beberapa faktor misalnya faktor usia, profesi, pendidikan, ekonomi, jenis kelamin dan lingkungan sosial.

Perpustakaan sebagai pusat informasi, menyediakan berbagai koleksi untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Pustakawan dapat memberikan informasi pada pemustaka, jika pemustaka membutuhkan informasi misalnya tentang ketersediaan sebuah koleksi, letak suatu koleksi maupun penggunaan teknologi yang ada diperpustakaan misalnya OPAC. Bersosialisasi dengan pemustaka merupakan bagian dari kewajiban pustakawan dalam memberikan pelayanan yang maksimal. Kegiatan user studies atau pendidikan pemakai juga merupakan wujud nyata kaitan teori sosiologi dengan Ilmu Perpustakaan, dimana kegiatan tersebut secara langsung bersosialisasi dengan pemustaka untuk memberikan pendidikan tentang sistem operasional perpustakaan.